Rabu, 09 Januari 2013

ANALISIS KESALAHAN DAN SOLUSINYA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 01 KODI NUSA TENGGARA TIMUR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan OLEH: GETRUDIS RANGGA RODE NIM: 0904090022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG 2 0 1 3


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah
Salah satu ilmu dasar yang mendukung kemajuan dan perkembangan IPTEK adalah matematika. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soejadi (1993:1) bahwa matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang tidak perlu disangsikan lagi merupakan tiang topang perkembangan  IPTEK. Matematika di samping dapat berkembang mandiri, juga berkembang atas tuntutan keperluan bidang-bidang lain. Oleh sebab itu, penguasaan materi matematika bagi seluruh siswa perlu ditingkatkan demi kelangsungan hidup di masa mendatang dan dalam kebutuhan sehari-hari. Dalam penyelenggaraan pendidikan, guru memegang peranan yang sangat penting, dimana guru bertanggung jawab menyebarluaskan gagasan-gagasan baru kepada siswa melalui proses belajar mengajar dalam kelas. Mengingat penggunaan matematika diperlukan di segala bidang, maka pengajaran matematika pada siswa harus benar-benar dioptimalkan baik kualitas maupun kuantitasnya.
Dalam proses belajar mengajar, guru haruslah memiliki kemampuan dan wawasan yang luas serta terampil menjelaskan materi dan juga harus dapat membangkitkan motivasi atau gairah belajar siswa sehingga siswa tidak mengalami kesulitan belajar. Dengan melihat hasil belajar siswa maka dapat diketahui sejauh mana materi yang dikuasai, sehingga guru dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan untuk pencapaian tujuan pengajaran yang efektif dan efisien.
Matematika menekankan pada pemecahan suatu masalah, masalah dalam matematika biasanya disajikan dalam bentuk soal matematika. Sebagaimana yang dikemukakan Hudojo (1979:157) bahwa suatu pertanyaan akan merupakan suatu masalah hanya jika seseorang tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut.
Pendidikan matematika memiliki peran yang sangat penting karena matematika adalah ilmu dasar yang digunakan secara luas dalam berbagai bidang kehidupan. Melalui pembelajaran matematika siswa diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, cermat, efektif, dan efisien dalam memecahkan masalah. Pendidikan matematika merupakan bagian yang integral dari pendidikan nasional. Hal ini disebabkan karena maematika merupakan salah satu komponen penting dalam rangka peningkatan sumber daya manusia. Oleh sebab itu, pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional menetapkan matematika sebagai salah satu pelajaran wajib pada jenis dan jenjang pendidikan formal.
Tujuan utama pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Atas sebagaimana dikemukakan Soedjadi (2000:43) adalah (1) melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan; (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi serta mencoba-coba, (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Musser  dan Burger (dalam Lestari, 2010:7) bahwa tujuan mempelajari matematika adalah sebagai alat bantu pemecahan masalah yang meliputi empat tahap, yaitu mengerti permasalahan, memikirkan permasalahan, menyelesaikan permasalahan dan memeriksa kembali cara yang digunakan dalam memecahkan masalah.
Tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan dan pembelajaran matematika salah satunya dapat dinilai dari keberhasilan siswa dalam memahami matematika dan memanfaatkan pemahaman ini untuk menyelesaikan persoalan-persoalan matematika maupun ilmu-ilmu yang lain. Untuk itu, perlu dilakukan evaluasi atau tes hasil belajar siswa. Matematika menekankan pada pemecahan suatu masalah, masalah dalam matematika biasanya disajikan dalam bentuk soal matematika. Suatu pertanyaan akan merupakan suatu masalah hanya jika seseorang tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut.
Dalam pengajaran matematika, pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa biasanya disebut soal. Latihan soal dalam matematika dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Latihan soal yang diberikan pada waktu belajar matematika adalah bersifat berlatih agar terampil atau sebagai aplikasi dari pengertian yang baru saja diajarkan, (2) Latihan berupa masalah yang menghendaki siswa untuk menggunakan sintesis atau analisis. Untuk menyelesaikan latihan bentuk ini siswa harus menguasai hal-hal pada materi yang telah dipelajari sebelumnya yaitu mengenai pengetahuan, keterampilan dan pemahaman, yang nantinya akan digunakan dalam situasi baru.
Soal matematika diberikan kepada siswa sebagai alat evaluasi untuk mengukur kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima suatu materi. Dari hasil evaluasi ini dapat diketahui sejauh mana keberhasilan proses belajar mengajar dan letak kesalahan siswa. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika maka sumber kesalahan yang dilakukan siswa harus dapat segera diatasi karena siswa akan selalu mengalami kesulitan jika kesalahan sebelumnya tidak diperbaiki terutama soal yang memiliki karakteristik yang sama. Sehingga dengan menganalisis kesalahan siswa, guru dapat mengetahui hasil belajar siswa yang nantinya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar berikutnya.Dalam pembelajaran matematika memerlukan tahap-tahap yang hirarkis, yakni bentuk belajar yang terstruktur dan terencana berdasarkan pada pengetahuan dan latihan sebelumnya, yang menjadi dasar untuk mempelajari materi selanjutnya.
Namun umumnya siswa kurang memahami dan menguasai hal tersebut yang berakibat timbulnya kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika.Pada dasarnya kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika antara lain disebabkan kurangnya penguasaan konsep matematika. Kesalahan siswa yang lain dalam menyelesaikan soal matematika yaitu kurangnya ketelitian dalam menghitung. Siswa seringkali salah dalam menghitung suatu bentuk perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan.
Guna mengatasi kesalahan yang dihadapi siswa, masalah itu perlu ditemukan dan dipastikan sumbernya, menanganinya, dengan harapan memecahkan masalahnya. Berbagai upaya telah dilakukan oleh guru guna mengatasi masalah kesulitan belajar khususnya dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Usaha-usaha yang telah dilakukan guru tampaknya belum membuahkan hasil yang optimal dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal-soal matematika.
Menurut Sizzilia (2009:3) kesalahan yang dilakukan siswa, pada umumnya disebabkan karena kesulitan dalam menggunakan konsep, prinsip maupun kesulitan dalam memahami maksud dari soal. Oleh karena itu diperlukan informasi yang jelas sehubungan dengan kesulitan siswa terutama dalam memecahkan soal Persamaan Linear Dua Variabel untuk meningkatkan kemampuan dibidang matematika. Informasi tersebut digunakan untuk memenuhi sebuah alternatif pembelajaran yang bertujuan  untuk menggurangi kesulitan yang dialami siswa.
Persamaan Linear Dua Variabel merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran matematika yang diajarkan pada siswa di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Persamaan Linear Dua Variabel adalah materi yang memerlukan penyelesaian dengan tingkat ketelitian yang cukup tinggi karena terdapat beberapa cara dalam proses penyelesaiannya terutama dalam menentukan nilai variabel. Oleh karena itu, banyak siswa yang mengalami kesulitan dan melakukan kesalahan dalam menentukan nilai variabel.
Sehingga pada setiap materi  siswa diharapkan benar-benar mengusai konsep yang diberikan. Karena konsep yang telah dipelajari akan digunakan untuk mempelajari materi berikutnya. Menurut Hudoyo (1988:95) “Matematika bukanlah suatu bidang studi yang sulit dipelajari asalkan strategi penyampaiannya cocok dengan kemampuan dipelajarainya”.
Dari beberapa pendapat diatas penulis dapat mengambil  kesimpulan bahwa untuk mempelajari  matematika sangat dibutuhkan ketelitian dan pemahaman konsep supaya dapat  mengatasi masalah kesulitan belajar khususnya dalam menyelesaikan soal-soal matematika.Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa siswa banyak mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal matematika. Begitu juga dengan siswa SMA Negeri 01 Kodi bahwa menurut informasi dari tenaga pengajar mata pelajaran matematika bahwa nilai mata pelajaran masih dibawah nilai rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih banyak mengalami kesulitan, Sehingga menyebabkan banyaknya kesalahan dalam mengerjakan soal-soal matematika. Salah satu langkah untuk mengetahui hal tersebut adalah menganalisis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika. Untuk itu penulis dalam penelitian ini menangambil judul “ Analisis Kesalahan dan solusinya dalam Menyelesaikan Soal Sistem Persamaan Linear  Dua Varibel pada Siswa Kelas X SMA Negeri 01 Kodi”.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dengan materi persamaan linier dua variabelsebagai salah satu upaya mengatasi dan mengurangi kesalahan siswa dalam proses pelajaran matematika khususnya dalam menyelesaikan soal-soal Persamaan Linear Dua Variabel  siswa kelas X SMA Negeri 01 Kodi.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan  sebagai berikut:
1.      Jenis-jenis  kesalahan  apa saja yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal - soal  tentang  Sistem Persamaan Linear Dua Variabel siswa kelas X semester I SMA Negeri 01 Kodi, NTT?
2.      Bagaimana Solusidari soal-soal SistemPersamaan Linear Dua Variabel siswa Kelas X semester I SMA Negeri 01 Kodi, NTT?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah:
1.        Mengetahui jenis-jenis  kesalahan yang dilakukan  siswa dalam menyelesaikan soal-soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada siswa Kelas  X Semester 1 SMA Negeri 01 Kodi, Nusa Tenggara Timur.
2.        Memberikan bimbingan solusi dari soal-soal Persamaan Linear Dua Variabel siswa kelas X semester I SMA Negeri 01 Kodi, Nusa Tenggara Timur.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
 Secara Umum penelitian ini dapat memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa dalam upaya meminimalkan siswa melakukan kesalahan dalam menentukan nilai variabel.
2.Manfaat Praktis
a.       Bagi guru matematika supaya dapat lebih teliti dalam menanamkan konsep Sistem Persamaan Linear Dua Variabel kepada siswa sehingga tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal yang berhubungan dengan menentukan nilai variabel. 
b.      Bagi siswadapat mengerti dan lebih memahami konsep tentang Sistem Persamaan Linear Dua Variabel sehingga dapat  menyelesaiakan soal-soal matematika terutama yang berhubungan dengan menentukan nilai variabel tanpa mengalami kesulitan dan kesalahan dalam penyelesaiannya.
c.       Bagi peneliti dapat memberi masukan bagi peneliti lain yang ingin menganalisis materi matematika SMA yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
1.5 Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran tentang judul penelitian ini maka akan dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut:
1.      Analisis kesalahan adalah  pendeskripsian jenis-jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa  dan alasan-alasan  tentang penyebab terjadinya kesalahan. Analisis kesalahan ini mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
a.         Mengumpulkan data kesalahan
b.         Mengidentifikasi kesalahan
c.         Mengklarifikasi kesalahan
d.        Memperkirakan daerah rawan kesalahan
2.      Kesalahan siswa meliputi kesalahan Konseptual dan kesalahan Prosedural.
a.       Kesalahan Konseptual adalah kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menafsirkan istilah, konsep, dan prinsip dalam penyelesaian soal-soal matematika. Termasuk juga kurang dalam menggunakan rumus atau teorema dan tidak menuliskan atau kurang tepat dalam menuliskan rumus atau teorema.
b.      Kesalahan prosedural adalah kesalahan dalam menyusun langkah-langkah yang bertahap, berurutan, dan teratur untuk menyelesaikan  suatu masalah.
3.      Kriteria  jenis kesalahan siswa meliputi kriteria jenis kesalahan konseptual dan kriteria jenis kesalahan Prosedural yaitu:
a.       Kriteria jenis kesalahan konseptual adalah kesalahan menafsirkan konsep dalam melakukan operasi pembagian, perkalian, penjumlahan dan pengurangan.
b.      Kriteria dan jenis kesalahan prosedural adalah kesalahan karena tidak melanjutkan proses penyelesaian, kesalahan menuliskan soal kembali, kesalahan dalam memahami dan mencermati perintah soal, kesalahan dalam melakukan operasi perkalian dan pembagian, kesalahan dalam melakukan  operasi penjumlahan dan pengurangan, dan kesalahan tidak menjawab soal.
4.      Solusi yang dimaksud dari penelitian ini adalah proses pencarian jawaban berdasar langkah-langkah yang benar.Solusi dari menyelesaiakan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel adalah usaha untuk memberikan suatu proses penyelesaian SPLDV dengan langkah-langkah yang benar.
5.      Persamaa Linear Dua Variabel adalah persamaan yang mengandung dua variabel dimana pangkat/derajat tiap-tiap variabelnya sama dengan satu.
Bentuk umum:
SPLDV : disebut   Variabel.





BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses atau usaha seseorang yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan, baik berupa di perolehnya pengetahuan, sikap maupun ketrampilan baru. Kegiatan atau usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar (Herman Hudojo 1988:1).
Menurut Dimyati dan Moedjono (2006:17) belajar merupakan tindakan dan perilaku  siswa yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu siswa dan guru. Dari segi siswa belajar dialami sebagai proses   yakni proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Dari segi guru tampak sebagai periku belajar untuk sesuatu hal. Sebagai tindakan maka belajar sebagai hanya dialami oleh siswa sendiri. Proses belajar terjadi apabila siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar.
Pendapat lain dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2003:27) bahwa belajar merupakan suatu proses suatu kegiatan dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat tetapi mencakup kegiatan yang lebih luas yaitu mengalami. Dan hasil belajar bukan merupakan suatu penguasaan  hasil latihan melainkan suatu perubahan tingkah laku.
Pembelajaran dalam pengertian Kualitatif
Secara kualitatif pembelajaran berarti upaya guru untuk memudahkan kegiatan belajar siswa. Dalam pengertian ini peran guru dalam pembelajaran tidak sekedar memberikan pengetahuan terhadap siswa, tetapi juga melibatkan siswa dalam aktifitas belajar yang efektif dan efisien.
Berdasarkan beberapa hasil pendapat diatas, maka peneliti dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perilaku aktif yang dilakukan individu dalam membangun makna atau pemahaman yang membawa suatu perubahan yang relatif tetap, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadi sebagai akibat dari interaksi individu dan lingkungan sekitarnya. Dan juga sebagai upaya untuk memperoleh maupun menciptakan ilmu pengetahuan, kemampuan, ketrampilan, dan minat dalam kegiatan belajar secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Upaya meningkatkan prestasi siswa sangat tergantung bagaimana proses belajar yang dilakukan oleh siswa yang sedang belajar itu sendiri. Pentingnya proses belajar ini maka banyak ahli psikologi pendidikan yang telah mencurahkan perhatian terhadap masalah belajar. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Ada banyak pendapat yang mengemukakan tentang pengertian belajar yaitu sebagai brikut:
1.    Menurut Slameto (2003:2) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
2.        Menurut Simanjuntak Sunarsi (2009:34) menjelaskan belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam potensi tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan penguatan dan tidak termasuk perubahan-perubahan karena kematangan, kelelahan atau kerusakan pada susunan syaraf atau dengan kata lain bahwa mengetahui dan memahami sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam diri seseorang yang belajar.
3.        Menurut Sudjana (2002:5) belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek dan latihan.Hal ini seperti dikemukakan:
4.        Djamarah (2002:11) bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku.
5.        Menurut Winkel (1996:53), belajar adalah salah satu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap-sikap perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2003:54), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1.  Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor-faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ini meliputi:
              a.     Faktor jasmani (kesehatan dan cacat tubuh).
             b.     Faktor psikologis (minat, bakat, dan motif pribadi).
              c.     Faktor kelelaha (kelelahan jasmani dan kelelahan rohani).
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar. Faktor ini meliputi:
                  a.     Faktor keluarga (keadaan ekonomi orang tua, keharmonisan keluarga, dan latar belakang budaya).
                  b.     Faktor sosial (metode mengajar, kurikulum, alat belajar, dan relasi antara siswa dengan siswa).
                  c.     Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kegiatan masyarakat).Tidak jauh berbeda dengan Slameto, Suryasubrata (2004:233) juga membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua faktor, yaitu:
Ø  Faktor Intern:
                             i.     Faktor fisiologis (Misalnya: kesehatan dan cacat tubuh).
                           ii.     Faktor psikologis (Misalnya: minat, bakat, dan motif pribadi).
Ø  Faktor Ekstern:
                             i.     Faktor non sosial (Misalnya: cuaca, suhu, waktu (pagi, siang, atau sore) lokasi, dan alat pelajaran).
                           ii.     Faktor sosial atau manusia (Misalnya: keluarga, teman, dan masyarakat).
2.3 Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada para siswanya yang di dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika tersebut.
Dalam pembelajaran guru akan senantiasa diobservasi, dilihat didengar, dan ditiru semua perilakunya oleh peserta didik. Dari proses observasi mungkin juga menirukan perilaku guru, diharapkan terjadi proses internalisasi. Sehingga menumbuhkan proses penghayatan pada setiap diri siswa untuk kemudian diamalkan (Sardiman, 2001:26-28).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:723), “Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang dipergunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.
Menurut Bruner Belajar matematikamerupakan suatu proses belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi pelajaran dan mencari hubungan-hubungan tentang konsep dan struktur-struktur matematika. Bruner melukiskan anak-anak  berkembang melalui tiga  tahap  perkembangan  mental :
1)          Enaktif, yaitu anak-anak di dalam belajarnya menggunakan  manipulasi obyek-obyek secara langsung.
2)          Ikonik, yaitu kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental  yang  merupakan gambaran dari obyek-obyek. Pada tahap ini anak tidak memanipulasi dengan  menggunakan gambaran dari obyek.
3)      Simbolik, yaitu tahap memanipulasi simbol-simbol secara langsung  dan  tidak  ada  lagi kaitannya dengan obyek-obyek  (Dahar, 198:124).
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyana (2001:252), “Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.
Kline dalam Mulyana (2001:252) juga menyatakan, “Matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif”.
2.4 Menyelesaiakan Soal Matematika
Dalam pengajaran matematika, pertanyaan yang diharapkan kepada siswa biasanya di sebut soal.  Menurut Hudojo (2009:12) mengatakan bahwa soal matematika dibedakan menjadi dua bagian.  Kedua bagian tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Latihan (soal) yang diberikan pada waktu belajar matematika adalah bersifat berlatih agar terampil atau sebagai aplikasi dari pengertian yang baru saja diajarkan. Soal seperti ini dapat diselesaikan dengan prosedur rutin yang telah biasa dilakukan oleh siswa.
2.    Masalah tidak hanya seperti latihan tadi, menghedaki siswa untuk menggunakan  sintesis atau analisis. Untuk menyelesaikan suatu masalah, siswa tersebut harus menguasai hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya yaitu mengenai pengetahuan, ketrampilan dan pemahaman, tetapi dalam hal ini siswa menggunakan pada situasi baru.
Lebih lanjut, Hudolo (2005:124) mengatakan bahwa syarat suatu pertanyaan yang merupakan masalah adalah sebagai berikut:
1.        Pertanyaan bagi siswa merupakan tantang siswa tersebut  untuk menjawabnya.
2.        Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui siswa. Karena itu, faktor waktu untuk menyelesaikan masalah jangan dipandang sebagai faktor yang esensial.
Dalam menyelesaikan suatu masalah siswa tersebut harus mengusai hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya yaitu mengenai pengetahuan, ketrampilan dan pemahaman tetapi dalam hal ini ia menggunakannya didalam situasi baru.
Selain memperhatikan langkah-langkah penyelesaian tersebut diatas, siswa juga dituntut lancar membaca dan mampu memahami soal, serta mampu membuat model atau kalimat matematika. Disamping itu siswa  juga  harus dapat memilih rumus yang sesuai jika  dibutuhkan serta trampil melakukan perhitungan, dan yang terakhir mampu menyimpulkan jawaban yang ditanyakan.
2.5 Kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal matematika
Dalam pembelajaran matematika, kesalahan mempelajari suatu konsep terdahulu akan berpengaruh terhadap pemahaman konsep berikutnya karena matematika merupakan pelajaran yang tersruktur. Herman Hudojo (2001:3) menyatakan bahwa  matematika berkenaan dengan ide-ide/ konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif. Oleh karenanya, dalam proses pembelajaran matematika tidak semua siswa selalu berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Jika ada saja siswa yang tidak dapat belajar, ini berarti ia mengalami kesulitan yang berakibat pada terjadinya kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal matematika.
Ada beberapa sebab terjadinya kesalahan siswa dalam pembelajaran matematika, yaitu kesalahan dalam memahami soal, kesalahan dalam menggunakan rumus, kesalahan dalam operasi penyelesaiannya, ataupun kesalahan dalam menyimpulkan. Kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal matematika dapat disebabkan oleh kesulitan siswa dalam memahami ciri-ciri matematika. Ciri-ciri matematika menurut Hudojo (2009:14-15) adalah sebagai berikut:
1.    Objek matematika adalah abstrak
Begle menyatakan bahwa obyek atau sasaran penelaahan matematika adalah abstrak, yaitu fakta, operasi dan prinsip. Sedangkan Frederick H. Bell (2009:12) menyatakan bahwa obyek langsung dalam pembelajaran matematika adalah fakta, skill, konsep, dan prinsip.
2.    Berfikir matematika dilandasi kesepakatan-kesepakatan yang di sebut aksioma-aksioma.
3.    Cara bernalar deduktif
Belajar matematika harus mampu membawa siswa kearah memahami ciri-ciri matematika tersebut. Oleh karena itu, tidaklah mustahil jika  dalam mempelajari matematika siswa mengalami kesulitan.
Menurut W. Poespoprojo (2009:12), Ukuran untuk menentukan apakah suatu pemikiran itu benar atau salah bukanlah rasa senang atau tidak senang, melainkan cocok atau tidaknya dengan realita dan fakta. Kesalahan mempunyai kaitan erat dengan kebenaran karena kesalahan adalah mengatakan hal realita dan fakta. Sehubungan dengan penentuan kebenaran terhadap hasil kebenaran terhadap hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan soal uraian, Sudjana (2009:12) memberikan aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1.         Kebenaran isi sesuai dengan kaidah-kaidah materi yang ditanyakan.
2.         Sistematika atau urutan logis dari  kerangka berpikirnya yang dilihat dari penyajian gagasan jawaban.
3.         Bahasa yang digunakan untuk mengekspresikan hasil pikirannya.
Penyebab kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika dapat dilihat dari berbagai hal. Menurut Soedjadi (2011:1), dari kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa pada Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dapat diklasifikasikan  beberapa  bentuk kesalahan, diantaranya :
1.             Kesalahan prosedural dalam menggunakan Algoritma (prosedur pekerjaan), misalnya kesalahan melakukan opersi hitung
2.             Kesalahan dalam mengorganisasikan data, misalnya kesalahan menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dari suatu soal. Kesalahan mengurutkan, mengelompokkan dan menyajikan data.
3.             Kesalahan dalam pemanfaatkan simbol,  tabel dan grafik yang memuat suatu informasi.
4.             Kesalahan dalam melakukan manipulasi secara matematis. Misalnya, kesalahan dalam menggunakan/menerapkan aturan, sifat-sifat dalam menyelesaikan soal.
5.             Kesalahan dalam menarik kesimpulan. Misalnya kesalahan dalam menuliskan kesimpulan dari persoalan yang telah mereka kerjakan.
Bentuk-bentuk kesalahan siswa Menurut Kostolan adalah sebagai berikut:
1.    Kesalahan Konseptual
Menurut Kostolan (2009:73) kesalahan konseptual adalah kesalahan yang dilakukan dalam menafsirkan istilah, konsep dan prinsip atau salah dalam menggunakan istilah, konsep dan prinsip. Kesalahan konseptual yang di lakukan oleh siswa adalah sebagai berikut:
a.       Kesalahan dalam menafsirkan konsep perkalian dan pembagian, penjumlahan dan pengurangan bilangan.
b.      Kesalahan Prosedural
Kesalahan proseduran yaitu kesalahan dalam menyusun langkah-langkah yang hirarkis sistematis untuk menjawab suatu masalah.
Adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dapat menjadi hal yang menguntungkan bagi pengajar karena pengajar dapat mengambil dari setiap kesalahan yang dilakukan oleh siswa demi perbaikan pengajaran yang sedang dan yang akan dilakukan. Manfaat kesalahan bagi siswa, yaitu siswa yang telah menyadari tentang  kesalahan yang dilakukanya akan memberikan reaksi, baik secara internal maupun secara eksternal, siswa akan menerima kritik dari orang lain maupun memberi kritik bagi orang lain.
Dalam penelitian ini siswa diberi soal-soal yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel, kemudian akan dianalisis adalah kesalahan penyelesaianya. Adapun kesalahan yang dianalisis adalah kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel yang diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu kesalahan konseptual dan kesalahan prosedural.
2.6    Analisis Kesalahan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1996:37) analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa dan untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya. Analisis mempunyai tujuan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.Analisis kesalahan sebagai prosedur kerja mempunyai langkah-langkah tertentu. Menurut Tarigan (1988:67) langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data kesalahan
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka analisis datanya adalah non statistik. Data yang muncul berupa kata-kata dan bukan merupakan rangkaian angka. Dalam penelitian ini, data diambil dari hasil tes. Berdasarkan jawaban siswa kemudian dianalisis tahap-tahap atau langkah-langkah yang dilakukan oleh siswa. Data hasil tes dan data hasil wawancara dibandingkan untuk mendapatkandata yang valid. Kemudian, data yang telah valid disajikan untuk tiap jawaban dan faktor-faktor apa yang menjadi penyebab terjadinya kesalahan.
2. Mengidentifikasi dan mengklarifikasi kesalahan
Setelah semua materi diberikan, maka soal tes diberikan kepada siswa untuk memperoleh data tentang kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa. Kesalahan-kesalahan tersebut kemudian diidentifikasi dan dikelompokkan menurut kesalahan yang sejenis. Berdasarkan identifikasi terhadap jawaban tes siswa, maka diperoleh beberapa siswa untuk diwawancarai. Wawancara ini bertujuan untuk mengkonfirmasikan jawaban siswa pada tes serta untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kesalahan yang dilakukan. Dari hasil  tes dan hasil wawancara dilakukan triangulasi data yaitu membandingkan data yang diperoleh dari keduakegiatan tersebut untuk memperoleh data yang valid.
3.             Menjelaskan Kesalahan
Berikutnya adalah kegiatan menjelaskan kesalahan yang meliputi dua kegiatan yang dilakukan secara bersamaan yaitu pemilihan data dan penyajian data. Pemilihan dan penyederhanaan data yang melakukan agar tidak terjadi penumpukan data atau informasi yang sama.
4.         Mengoreksi kesalahan
Setelah menjelaskan kesalahan dan mengelompokkan jenis kesalahan kemudian kegiatan mengoreksi kesalahan. Mengoreksi kesalahan adalah penarikan kesimpulan dilakukan selama kegiatan analisis berlangsung sehingga diperoleh suatu kesimpulan final.
2.7. Bentuk-Bentuk Solusi Dalam Menyelesaikan Soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
Bentuk-bentuk solusi yang dapat diberikan setelah mengetahui hasil  tes pada beberapa siswa yang menjawab salah yaitu adalah: 1). Memberikan suatu proses penyelesaian dengan langkah-langkah yang tepat dan benar. 2).  Memberikan motivasi dalam belajar agar siswa giat belajar. Penelitian selanjutnya adalah pemberian solusi terhadap subjek penelitian yaitu  pada saat wawancara, berguna untuk mengatasi kesalahan berikutnya dalam menyelesaikan soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
Pelaksanaan pemberian solusi oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1.      Peneliti membagikan merencanakan: memberikan materi singkat, contoh soal, soal-soal dan solusinya pada waktu penelitian kepada semua siswa. Materi yang diberikan pada saat pemberian solusi adalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
2.      Melakukan kegiatan inti pada saat siswa diwawancarai dan diberikan solusi  penyesaian dari soal-soal yang diberikan oleh peneliti nantinya.
3.      Setelah pelaksanaan pemberian solusi, memberikan tes tulis kepada setiap indvidu siswa yang tujuannya untuk menilai hasil belajar mereka.
4.      Melakukan refleksi setelah proses pembelajaran selesai.
2.8              Solusi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Dalam mencari solusi, aspek-aspek kemampuan matematik penting seperti penerapan aturan pada masalah, penemuan pola, pengeneralisasian, komunikasi matematik, dan lain-lain dapat dikembangkan secara lebih baik. Temuan penelitian yang dilakukan Bitter (1987:86) dan Capper (1984:74) menunjukkan bahwa pengajaran matematika harus digunakan untuk memperkaya, memperdalam, memperluas kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika. Menurut Polya (1957:34), solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu:
 a). Memahami masalah
b). Merencanakan penyelesaiannya
c). Menyelesaiakan masalah sesuai rencana
d). Melakukan pengecekkan kembali terhadap semua langkah yang dikerjakan.

Solusi dari penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan langkah-langkah yang benar, yang secara umum Sistem Persamaan Linear Dua Variabel sebagai berikut:


Jika  merupakan himpunan penyelesaian atau titik potong dari Sistem Persamaan Linier Dua Variabel yang memenuhi
Maka siswa dapat mencari bagaimana langkah yang benar dalam menentukan himpunan penyelesaian yang memiliki satu solusi penyelesaian.
2.9  Sistem  Persamaan Linear Dua Variabel
a.      Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV)
Persamaan adalah kalimat terbuka yang mermuat tanda sama dengan (=). Sedangkan persamaan yang hanya memuat satu variabel dengan pangkat satu disebut persamaan linear dengan satu variabel.
Contoh:
a.      
b.     
c.       6 + 2y = 3y – 1
d.      x - 8 = 3x – 6
Kesimpulan:
Penyelesaian suatu persaamaan linear dengan satu variabel adalah bilangan pengganti dari variabel pada daerah definisi persamaan yang membuat persamaan menjadi pernyataan yang benar.

b.      Persamaan Linear Dua Variabel
1.      Pengertian PLDV
Sebelum mempelajari PLDV, mengingatkan tentang persamaan linier satu variabel (PLSV), yaitu  persamaan yang memuat satu variabel. Dan pangkat dari variabelnya adalah satu. Persamaan memiliki dua variabel yaitu serta masing-masing variabel berpangkat dua.  merupakan  PLDV.
Kesimpulan:
Persamaan Linear Dua Variabel adalah suatu persamaan yang mempunyai dua variabel. Bentuk umum dari PLDV adalah   untuk  dan ; x dan y disebut variabel.
c.       Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
1.      Pengertian SPLDV
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) terdiri atas dua persamaan linear dua variabel, yang keduanya tidak berdiri sendiri, kedua persamaan hanya memiliki satu varabel.
Berikut ini adalah contoh SPLDV:
1.      dan 
2.      dan 
Bentuk umum SPLDV:
  
Dengan  disebut variabel (lambang bilangan pengganti yang belum diketahui nilainya).
disebut koefisien (bilangan yang selalu diikuti oleh satu atau lebih dari suatu variabel).
 disebut konstanta (lambang bilangan tetap atau suku yang tidak mengandung variabel).
d.      Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
Cara penyelesaian SPLDV dapat dilakukan dengan empat cara yaitu:
1.      Metode Subsitusi
Subsitusi artinya menggantikan.
               Contoh:                            
dan 
                  Penyelesaian:
...............................( pers.1)
..........(pers .2 )
Pers (2)  lebih sederhana, maka  disubsitusikan pada
 Persamaan (1), sehingga:
 ( )
+
x = 28/12 = 2


2.      Metode Eliminasi
Dengan cara menghilangkan salah satu variabel x atau y.
Contoh:
Tentukan Himpunan Penyelesai dari persamaan linier berikut dengan metod eliminasi:
................( pers.1)
..................(pers .2 )
Penyelesaian:                 
·               Mengeliminasi  variabel x :
  6  = 3
 = 10 -
                                      
·           Mengeliminasi variabel  y :
  2  = 1
 = 15 -
                                      
Jadi, Himpunan Penyelesaian =   2, -1
3.      Metode Grafik
Tentukan Himpunan Penyelesaian dari sistem persamaan :
·               Persamaaan 
X
2
0
Y
0
1
Garis melalui titik (2, 0) dan (0, 1)
·           Persamaaan 
x
2
0
Y
0
4
Garis  melalui titik (2, 0) dan (0, 4)
Pada gambar dibawah ini dan garis  saling berpotongan dititik (2, 0).
Jadi, Himpunan penyelesaian dari sistem diatas adalah:  (2, 0)
          
                 (0,4) 
                                                      2x +y – 4 = 0


                       (0,1)
                             0                    (2,0)
                                                             x + 2y – 2 = 0
4.      Metode Campuran
Metode campuran ini adalah campuran antara metode eliminasi dengan metode subsitusi.


Contoh:
Tentukan Himpunan Penyelesain dari persamaan linear berikut dengan metode campuran:
  x 1  
    x 3  
                                                      y = 2
Harga  y = 2, kemudian subsitusikan ke persamaan (2)
Jadi, HP =     1, 2
e.       Penggunaan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh:
Sebuah bilangan terdiri dari dua angka, penjumlahan tiga kali angka puluhan dan angka satuanya 27, sedangkan selisihnya adalah 5. Tentukanlah bilangan itu
Penyelesaian:
Misalkan : puluhan =
                   Satuan =
Model matematikanya adalah:

Eliminir s, maka didapat nilai p.
 
                 4p = 22
                  P = 6
   Untuk p = 6, subsitusikan pada salah satu persamaan sehingga;
 1
Jadi, bilangan itu adalah 61.













BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis  kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal  yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.  Dalam analisis datanya digunakan metode kualitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif berupa hasil tertulis dan kata-kata lisan (wawancara) dari orang-orang yang diamati. Penelitian ini bersifat eksploratif karena dalam tujuan disebutkan untuk mengetahui factor-faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika pada pokok bahasan Persamaan Linear Dua Variabel.
Dalam hal ini Arikunto (1998:8) mendefinisikan “Bahwa penelitian eksploratif  adalah penelitian untuk menentukan sebab musebab terjadinya peristiwa itu”. Gambaran tersebut diungkap dengan mendeskripsikan keadaan yang sebenarnya tentang  kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Oleh karena itu, penelitian ini termasuk jenis penelitian deskripsi.
3.2 Kehadiran Penelitian
Dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti mutlat diperlukan. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini terjadi sebelum diadakan tes, waktu pelaksanaan tes dan saat wawancara. Sehingga dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data, penafsir data dan pelapor hasil penelitian.
3.3 Lokasi Waktu dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 01 Kodi, Jln. Karoso Bondo Kodi, Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat  Daya, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 yaitu pada bulan juli 2012. Subyek penelitian adalah siswa kelas Xe  yang berjumlah 27 orang, yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.
Hasil jawaban siswa yang salah tersebut kemudian dikaji lebih mendalam bagaimana terjadinya kesalahan siswa dalam mengerjakan soal tes dan bagaimana solusinya.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih baik, dan lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga muda diolah( Arikunto, 2002:136). Pendapat lain menyebutkan bahwa istrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data empiris yang berguna untuk menjawab masalah penelitian sudjana, (1989:172). Dengan demikian adalah pemilihan instrumen menentukan hasil data yang akan diperoleh dalam penelitian.
Instrumen yang digunakan  dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu instrumen utama dan instrumen pendukung.
1.    Instrumen utama.
Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah penelitian sendiri.
2. Instrumen pendukung.
Selain memusatkan manusia sebagai instrumen yang paling berpengaruh dalam proses pengumpulan data, penelitian juga membutuhkan instrumen pendukung yang dapat membantu kinerja peneliti dalam proses penelitiannya. Instrumen pendukung dalam penelitian ini adalah:
a.    Tes tertulis
Soal tes tulis dirancang oleh peneliti, dalam pembuatan soal ini disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu KTSP. Soal ini disusun dalam bentuk uraian tentang Sistem  Persamaan Linear Dua Variabel. Hal ini dimaksud kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang telah ditentukan.
Soal tes dibuat dengan mengadopsi soal yang sudah ada, serta peneliti juga membuat soal sendiri. Soal tes yang disusun berisi tentang menentukan himpunan penyelesaian dalam menentuakan suatu variabel. Soal tes yang dibuat sebanyak 5 butir soal.
b.        Pedoman Wawancara
            Menurut Kartono (1980:171) interview atau wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu. Ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yang dimaksudkan patton (2009:30) adalah pendekatan denagan menggunakan petunjuk umum wawancara. Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangkah dan garis besar pokok-pokok yang dinyatakan dalam proses wawancara.
            Petunjuk umum wawancara dalam penelitian ini hanya berisi tentang garis prosesdan isi wawancara, karena dalam penelitian ini yang dianalisis hanya kesalahan-kesalahan siswa dalam mnyelesaikan soal-soal tes tertulis. Sebelum melakukan wawancara, terlebih dahulu peneliti meminta kejujuran siswa dalam menjawab setiap pertanyaan, menjelaskan bahwa segala sesuatu yang diungkapkan oleh siswa dijamin kerahasiannya. Hal ini perlu dilakukan agar siswa tidak enggan untuk mengungkapkan apa yang ada dalam benaknya.
3.5 Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil tertulis tentang pokok bahasan persamaan linear dua variabel dan hasil wawancara. Dari hasil tertulis data yang dikumpulkan adalah kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan persamaan linear dua variabel yang memuat tentang kesalahan konseptual dan kesalahan prosedural. Sedangkan hasil wawancara data yang dikumpulkan adalah yang dilakukan dalam menyelesaikan soal yang dites tertulis dan kesulitan siswa dalam mengerjakan soal-soal tertentu dan pemberian solusi oleh peneliti.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab siswa melakukan kesalahan dalam mengerjakan tes, dilakukan wawancara pada siswa yang melakukan kesalahan. Siswa yang melakukan kesalahan yang sama dikelompokkan kemudian dipilih beberapa siswa yang akan diwawancarai. Pemilihan siswa didasar pada jawaban siswa dan siswa hanya ditanya soal yang tidak dapat dikerjakan.
3.7 Metode Analisis Data
Analisis data kualitatif  menurut Bodgan dan Biklen (1982:34) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data. Mengorganisasikan data, memilih-milihnya menjadi satuan yang dikelola. Mensintesiskannya, mencari dan menentukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dapat dikerjakan, memutuskan apa yang harus dikatakan kepada orang lain ( Moleong, 2008:208).
Menurut Nasution (Dalam sunardi, 1996:28) “Analisis data adalah proses menyusun, mengkategorikan data, mencari pola atau teori dengan maksud untuk memahami maknanya”.
Dalam penelitian metode analisis yang digunakan adalah:
1). Analisis data Deskriptif.
Analisis data deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui proposi masing-masing siswa dalam mengerjakan soal siswa kelas XeSMA Negeri 01 Kodi Setelah mendapat data dilakukan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut:
1.      Merakapitulasi hasil tes
2.      Mengidentifikasi kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan.
3.      Menghitung jumlah dan presentase indikator setiap  bentuk kesalahan mengerjakan  tes.
4.      Rumus yang digunakan untuk menghitung presentase adalah:
Keterangan:                                                                                        
P : Presentase
n : Banyaknya kesalahan siswa untuk masing-masing bentuk kesalahan.
N : Banyaknya kesalahan siswa secara keseluruhan bentuk kesalahan.
2). Data Kualitatif
Data Kualitatif adalah analisis yang digunakann untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan soal-soal.
3). Analisis Data Wawancara
Analisis Data Wawancara adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya kesalahan siswa kelas X e SMA Negeri 01 Kodi dalam mengerjakan soal-soal pada pokok bahasan SistemPersamaan Linear Dua Variabel.




















3.8 Tahap-tahap penelitian
Mencari informasi tentang siswa
Menetapkan tempat penelitian
Tahap-tahap penelitian ini adalah:
Meminta ijin kepala sekolah tempat penelitian
Mengurus surat ijin penelitian
Menyiapkan instrumen pendukung
Membuat soal
      Melaksanakan tes
  Mengidentifikasi masalah
Mewawancarai subjek kesalahan
Melaporkan hasil penelitian
 






















BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1     Deskripsi Data
A.      Paparan Data Pra Tindakan
Pada hari senin tanggal  5 Agustus 2012  bertemu dengan bapak  kepala Sekolah di SMA Negeri 01 Kodi.Nusa Tenggara Timur (NTT) Peneliti menyampaikan tujuan kedatangannya yaitu melakukan penelitian di sekolah tersebut. Peneliti menyerahkan surat ijin penelitian dan memberikan gambaran secara umum tersebut.
Kepala sekolah menyambut baik keinginan peneliti dan memberi ijin untuk melaksanakan penelitian. Peneliti juga menyampaikan bahwa penelitian akan dilaksanakan dikelas X dengan mencari dan menganalisis kesalahan jawaban siswa yang diberikan tes kemudian memberikan solusi penyelesaiannya kepada siswa yang melakukan  kesalahan. Karena kelas X terdiri dari 5 kelas maka atas saran dari  bapak kepala sekolah, maka dipilihlah kelas Xe lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai siswa dikelas yang lain. Kemudian peneliti dipertemukan dengan guru matematika kelas Xe. Peneliti menyampaikan hal-hal yang akan dilaksanakan selama penelitian, peneliti juga memohon bantuan guru matematika kelas Xe untuk kesediannya membantu penelitian ini agar berjalan dengan baik.
Berdasarkan pada studi pendahuluan yang dilakukan peneliti,  terungkap bahwa siswa SMA Negeri 01 Kodi banyak melakukan kesalahan dalam menyelesaiakan soal matematika. Hal  ini juga  diungkapkan oleh guru matematika  yang mengajar  SMA Negeri 01 Kodi. Informasi lain yang diperoleh oleh peneliti  dalam studi pendahuluan ini adalah siswa dikelas Xe SMA Negeri 01 Kodi masih kurang terampil dengan berbagai model soal yang bervariasi. Hal ini didasarkan pada rekapan beberapa jawaban siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan yang diajukan oleh peneliti.
B.       Paparan Situasi Pelaksanaan Tes
Tes dilaksanakan pada hari Senin 14 Agustus 2012 dikelas Xe yang diikuti oleh 27 orang siswa  yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan  15 orang perempuan. Soal yang diberikan pada waktu tes sebanyak 5 soal dilaksanakan  mulai dari pukul 07.00-08. 30 WIB dengan alokasi waktu 90 menit.
4.2    Analisis Data Jawaban Siswa
Setelah pelaksanaan tes, peneliti mendapatkan  jawaban dari siswa, jawaban dari siswa tersebut kemudian  dikoreksi oleh peneliti. Setelah itu jawaban siswa yang salah diklarifikasi kesalahannya. Beberapa siswa yang melakukan kesalahan-kesalahan yang sama dikelompokkan, kemudian dipilih salah satu  siswa yang akan diwawancarai dan diberikan solusi penyelesaian dari soal-soal yang diberikan oleh peneliti. Pemilihan siswa didasarkan pada  jawaban siswa  dan siswa yang mudah diajak untuk berkomunikasi, sehingga dalam  wawancara siswa hanya ditanya pada soal yang salah kemudian diberikan bagaimana penyelessaiannya. Berikut ini paparan data dari jawaban siswa untuk setiap butir soal.
Soal nomor 1:
Tentukan Sistem Persamaan Linear berikut dengan metode  Eliminasi!
Soal nomor 1 adalah soal yang tingkat kesulitanya mudah. Pada  soal nomor 1 sebanyak 9 siswa (33,33 %) yang menjawab benar dan 18 siswa (66,70%) menjawab salah.Dari kesalahan yang dilakukan 8 siswa ( 44,44%) melakukan kesalahan konseptual yaitu salah menafsirkan konsep operasi perkalian dan  pembagian, penjumlahan dan pengurangan bilangan,  4 siswa ( 22,22%)melakukan kesalahan prosedural yaitu salah dalam memahami dan mencermati perintah soal, 3 siswa ( 16,7%) salah karena tidak melanjutkan proses penyelesaian  dan 3 siswa ( 16,7%) tidak mengerjakan soal karena tidak mengerti proses penyelesaian soal.
Berikut adalah jawaban dari siswa:




Berdasarkan jawaban siswa diatas :
               langkah  1
langkah 2

  7  langkah 3
langkah 4
                                                 = 20 langkah 5
                                    Jadi, = 20 dan langkah 6
Analisis Langkah – Langkah Penyelesaian Siswa
Dari jawaban siswa langkah  ke – 3 sampai dengan 6 yaitu siswa menjawab           
7
 = 20
                        Jadi, = 20 dan
Seharusnya siswa menjawab   6
                                                                                           9
                                                                                                 = 1
x = 1 dan y = 2
Dalam pengerjaanya siswa diatas, siswa melakukan kesalahan prosedural dalam operasi bilangan yaitu kesalahan dalam mengalikan sehingga salah dalam menentukan nilai Alasan siswa menjawab seperti diatas adalah karena siswa kurang teliti dalam pengerjaannya.
Hal ini seperti Cuplikan wawancara dengan siswa sebagai berikut:
P : “ Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 1”?
S : “ (Menuliskan sesuatu pada kertas) “ seperti ini bu peneyelesaiannya”.
  6                                     
                                                                     9
 = 1

            P: “kemarin kamu menjawab tidak begitu”?
            S:”saya jawab begitu kok bu benar”?( siswa tidak percaya)
            P: ”ini jawaban kamu pada saat tes”.
S: “Oh...iy maaf  bu, itu mungkin saya kurang teliti yang sebenarnya saya    kali 6 tapi kali 7”.
Dari cuplikan wawancara diatas siswa sebenarnya sudah paham dalam mengerjakan soal nomor 1. Hanya siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal, sehingga siswa melakukan kesalahan prosedural dalam proses penyelesaiannya. Kesalahan ini dilakukan oleh 1 siswa dengan nomor absen 5. Dapat disimpulkan bahwa siswa diatas sebenarnya sudah faham dalam mengerjakan soal nomor 1. Hanya siswa kurang teliti mengerjakan soal, sehingga siswa melakukan kesalahan prosedural dalam proses penyelesaiannya.
Berikut adalah jawaban siswa:
Berdasarkan jawaban siswa diatas:
               langkah  1
                                langkah 2
  langkah 3
       langkah 4
 langkah 5
  langkah 6
                                                 langkah 7
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Dari jawaban siswa pada langkah ke-3 sampai 7 yaitu siswa menjawab
     
  = 2, Seharusnya  siswa menjawab
  6
                                                                   9
 = 1
            Jadi, x = 1 dan y = 2
Dalam pengerjaannya siswa tidak menggunakan teorema sehingga kesalahan ini dapat disebut kesalahan konseptual. Kesalahan ini disebabkan siswa kurang faham terhadap konsep pengerjaan soal. Dapat disimpulkan bahwa sebenarnya siswa belum faham dalam menentukan himpunan penyelesaian. Kesalahan ini dilakukan oleh 1 siswa dengan nomor absen 1.



Berikut adalah jawaban siswa:
Berdasarkan jawaban siswa diatas:
    langkah 1
               langkah 2        
        langkah 3
Untuk mencari nilai x, kita eliminasi y
          x 6   6x  + 18 y = 42       langkah 4
3x – 18 y = - 33    langkah 5
                                             9x = 75         langkah 6
                                                X =    langkah 7                       
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Jawaban siswa langkah ke-6 dan ke-7 yaitu siswa menjawab  9x = 75                                  x =   , seharusnya siswa menjawab; 9
 = 1
                                                                        Jadi, x = 1 dan y = 2
Kesalahan ini terjadi karena siswa kurang paham dan masih binggung terhadap konsep pengurangan.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh siswa pada wawancara berikut:
P: “ Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 1”?
S: “ (menuliskan sesuatu pada kertas) “begini bu”. (dan menunjukkan jawaban   yang ditulis dikertasseperti jawaban diatas).
P: “ Apakah kamu yakin dengan jawaban ini”?
S: “Saya tidak tau bu, kayaknya benar”.
P: “(peneliti sambil menunjukkan jawaban tes siswa)”kenapa kok 9x = 75 dari mana?  
S: “Oh iy bu, saya binggung, apakah dikurangi atau di jumlahkah, terus gimana bu caranya yang benar”? (siswa kembali bertanya kepada peneliti).
P: “ (peneliti sambil menulis pada kertas) “begini”
                                  x 6   6x  + 18 y = 42 
3x – 18 y = - 33  
                                                                           9x = 75        
                                                                           x =
S: “ (Diam sambil berfikir)” oh iy bu, sekarang saya  sudah faham bu,trima kasih bu”.
Dari cuplikan wawancara diatas siswa kurang faham dan masih binggung dalam memahami konsep pengurangan,perkalian dan pembagian. Hal ini menyebabkan siswa melakukan kesalahan konseptual. Kesalahan ini dilakukan oleh 1 orang siswa dengan nomor absen 23.
Berikut adalah jawaban siswa:
Berdasarkan jawaban siswa diatas:
   langkah 1
              langkah 2
                   langkah 3
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Jawaban siswa pada langkah ke-3, siswa tidak melanjutkan pengerjaannya. Hal ini dilakukan oleh siswa karena kurang dapat membagi waktu dalam mengerjakan soal sehingga ketika waktu akan habis, siswa baru menyelesaikan soal nomor 1. Dapat disimpulkan bahwa siswa diatas sebenarnya dapat mengerjakan soal dengan benar tetapi karena waktunya sudah habis sehingga siswa tidak dapat menyelesaikannya. Hal ini disebabkannya siswa melakukan kesalahan prosedural. Kesalahan ini dilakukan 2 siswa dengan nomor absen 18 dan 21.
Seperti yang diungkapkan oleh siswa pada wawancara:
P:”Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 1”.
S:” (menuliskan sesuatu pada kertas) “begini bu”. (dan menunjukkan jawaban   yang ditulis  dikertas seperti jawaban diatas)”.
 , Bu jawaban saya sampai disini kemarin”.      
P: “Kenapa kamu tidak melanjutkan pengerjaannya ”
S:” Saya sudah kehabisan waktu bu, pada saat saya mengerkan soal nomor 1 waktunya tinggal 2 menit bu”
P:” (peneliti menanyakan lagi,berarti kalau masih ada waktu pasti kamu bisa menyelesaiakan ya”?
S:”iy bu,”
P: “Kamu kurang membagi waktu dengan baik, kamu menghabiskan waktu di soal-soal yang lain, nanti kalau ada ulangan atau ujian kamu harus pintar membagi waktu dan usahakan mengerjakan soal-soal yang di anggap muda”.
S:” iy bu, trima kasih bu”
Soal Nomor 2
Tentukan  Himpunan Penyelesaian  Sistem Persamaan Linier berikut dengan menggunakan grafik!
Soal nomor 2 adalah soal yang tingkat kesulitanya mudah. Pada  soal nomor 2 sebanyak 20 siswa (74,07%) yang menjawab benar dan 7 siswa (25,92%) menjawab salah. Dari kesalahan yang dilakukan  4 siswa (57,14%) melakukan kesalahan konseptual yaitu salah menafsirkan konsep operasi perkalian dan  pembagian, penjumlahan dan pengurangan bilangan,  3 siswa
 (57,14%)melakukan kesalahan prosedural yaitu salah dalam memahami dan mencermati perintah soal, 3 siswa (42,85%) salah karena tidak melanjutkan proses penyelesaian.
Berikut adalah jawaban dari siswa:
Berdasarkan jawaban siswa diatas:
Penyelesaian:
                                          
x
5
0
Y
0
5
X
- 3
0
Y
0
-3


Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Langkah pertama siswa dalam menuliskan kembali soalnya sudah melakukan kesalahan.yaitu siswa menulis   yang seharusnya 2x + 2y = 6. Dari penyelesaian tersebut siswa mengalami kesalahan yaitu siswa kurang teliti dalam membaca soal dan perintah soal.
Berikut adalah wawancara peneliti dengan siswa:
P:” Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 2”?
S:” Seperti ini bu, (sambil menunjukan yang ditulis dikertas seperti  jawaban diatas).
P: “ apakah kamu yakin dengan jawaban ini?
S:” Tidak tahu bu, seperti begitu
P: “ Menyuruh untuk melihat kembali soal. (sambil menunjukan kertas jawaban yang ia kerjakan kemarin)
S:” ya ampun keliru bu,  pantasan beda bu, karena soal salah tulis yang            sebenarnya  6 tapi saya tuliskan menjadi -6.
P:” andaikan tidak keliru dalam menuliskan soalnya, apakah kamu bisa mengerjakan?
S:” iya bu, saya bisa mengerjakan
P: “ ingat,  nanti lain kali sebelum mengerjakan cermati baik-baik dulu soal sehingga tidak mengalami kesalahan lagi.
S:” iya bu, trima kasih bu, maaf bu ya.
Dari cuplikan wawancara diatas, siswa kurang teliti dalam membaca soal. Hal ini menyebab siswa melakukan kesalahan konseptual karena kurang ketelitian dalam mencermati perintah soal. Kesalahan dilakukan oleh siswa dengan nomor absen 24.
Berikut adalah jawaban siswa:
Berdasarkan jawaban siswa diatas:
Penyelesaian:
X
3
0
y
0
3
Garis x + y = 5 melalui (5,0) dan (0,5)     langkah 1
x
3
0
y
0
3
Garis 2x + 2y = 6, melalui ( 3,0) dan (0,3)      langkah 2




                      (0,4)                                   langkah 3
(0,5)
·          

                                    (2,0)
Pada gambar diatas x + 2y – 0, 2x + y – 3 : 0,
saling berpotongan dititik (2,0)HP : { (2,0)} langkah 4

Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Dari jawaban siswa diatas, pada langkah pertama salah karena  . Siswa menjawab persamaannya x + y =3, melalui (3,0) dan (0,3),
Seharusnya persamaannya adalah garis x + y = 5 melalui (5,0) dan (0,5).  Dan langkah ke-3 dan ke-4 salah dalam membuat grafiknya dan menentukan himpunan penyelesaiannya. Sehingga kesalahan ini disebut kesalahan konseptual. Kesalahan ini terjadi karena siswa kurang  teliti dan kurang paham dalam proses penyelesaian soal.
Hal ini seperti yang diungkapkan siswa pada wawancara berikut:
P:” Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 2”?
S:” seperti itu bu, (sambil menunjukjawaban diatas papan)”.
P:” Kamu yakin dengan jawabanmu ini”?
S:” kurang tahu bu, sepertinya begitu.
P:”Peneliti menunjukkan jawaban siswa yang dikerjakan kemarin, kemudian peneliti menyuruh kerja ulang soal tersebut di papan.
S:” Saya tidak bisa mengerjakan bu”.
 P:” Kenapa kamu tidak bisa mengerjakan? Tadi bilangnya bisa mengerjakan
S:” saya sudah lupa bu.
P:” peneliti membimbing siswa dalam mengerjakan soal sampai siswa tersebut paham benar-benar cara penyelesaian soal. Peneliti memberika saran kepada siswa agar belajar yang rajin dan jangan sering bolos kesekolah.
S:” Iya bu, trima kasih bu.
Berikut adalah jawaban siswa:
Berdasarkan jawaban siswa:
    langkah 1
   langkah 2
   langkah 3
   langkah 4
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Jawaban siswa mulai langkah ke-1  sampai langkah ke-4 salah karena perintah  soal tidak sesuai dengan jawabnya.  Dari penyelesaian tersebut tidak sesuai dengan teorema sehingga siswa melakukan kesalahan konseptual.
Berikut adalah wawancara  peneliti dengan siswa:
P: “Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 2”?
S: (menuliskan sesuatu pada kertas) “seperti ini bu”. (kemudian menunjukkan yang ditulis dikertas dengan menggunakan metode eliminasi).
P: ”kenapa kamu mengerjakan soal ini dengan metode eliminisi,
S:” saya tidak  bu,”
P:’Kemudian peneliti menyuruh untuk mencermati kembali perintah soal. Dan menjelaskan bahwa perintah soal itu bukan dengan metode eliminasi tapi menggunakan metode grafik”.
S: (Diam sambil berfikir) “Iya bu saya mengerti”.
P:” kalau lain kali, sebelum mengerjakan soal cermati baik-baik apa perintah soal supayanya”.
S:”Iya bu trima kasih bu”.
Dari cuplikan wawancara di atas siswa masih kurang faham terhadap penggunaan teorema dan kurang teliti dalam mencermati perintah soal. Hal ini menyebabkan siswa melakukan kesalahan konseptual.Kesalahan ini dilakuakan oleh siswa dengan nomor absen 4.
Soal nomor 3
Selesaikan Sistem Persamaan Linier dua Variabel berikut dengan Metode Subsitusi!
Soal nomor 3 adalah soal yang tingkat kesulitannya sedang. Pada soal nomor 3 sebanyak 3 siswa (11,11%) menjawab benar dan 24 siswa (88,88%)  menjawab salah. Dari kesalahan yang dilakukan 10 siswa (41,66%) melakukan kesalahan konseptual yaitu salah menafsirkan konsep perkalian dan pembagian, penjumlahan dan pengurangan bilangan dan 5 siswa (20,83%) melakukan kesalahan prosedural yaitu 7 siswa (33,33%) salah dalam memahami dan mencermati perintah soal, 3 siswa (14,29%) melakukan salah dalam operasi perkalian dan pembagian, dan 2 siswa (9,52%)  salah karena tidak melanjutkan proses penyelesaian.
Berikut adalah jawaban siswa:


Berdasarkan jawaban siswa diatas:
                    langkah 1
                langkah 2
 = 29                                               langkah 3
                                                            langkah 4
                                                         langkah 5
                                                                  langkah 6
                                                          langkah 7
  1/25                                                            langkah 8
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Dari jawaban siswa  mulai langkah ke-6 yaitu siswa menjawab
  1/25,  seharusnya siswa menjawab  dan y = -1

Dari penyelesaian siswa di atas tidak sesuai dengan teorema sehingga siswa salah menafsirkan konsep penjumlahan dan pengurangan. Sehingga siswa melakukan kesalahan konseptual. Kesalahan ini terjadi karena siswa kurang faham terhadap konsep pengurangan. Hal ini seperti yang diungkapkan siswa pada wawancara berikut:
P: “Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 3”?
S: (menuliskan sesuatu pada kertas) “seperti ini bu”. (kemudian menunjukkan yang ditulis dikertas seperti jawaban diatas).
P: ”Apakah kamu yakin dengan jawaban ini”?
S: “Tidak tau bu, sepertinya benar”
P: (peneliti mengambil jawaban tes siswa). “kenapa  1/25 ini didapat dari mana?”.
S: (Diam sambil berfikir) “.
P: “apa sudah benar cara pengurangannya?”
S: ”Saya tidak tau bu”.
P: (peneliti sambil menuliskan pada kertas).“kalau yang ada variabel  dikumpulkan di,ruas kiri dan yang  tidak ada variabel dibawah ke ruas kanan.  Begini cara kerjanya”.
                                                      
Jadi, y = -1

S: ”Oh…gitu ya bu?. Saya lupa bu”.
P: “  iya nanti jangan lupa lagi ya tetap ingat dan rajin belajar lagi.
S:” Iya bu, trima kasih bu.

            Dari cuplikan wawancara di atas siswa kurang faham dalam bentuk pengurangan. Hal ini yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan. Kesalahan ini dilakukan siswa sebanyak  8 siswa dengan nomor absen 12, 2, 5, 8, 9, 14, 23, 27.
Berikut adalah jawaban siswa:

Berdasarkan jawaban siswa diatas:
                    langkah 1
                langkah 2
                                                           langkah 3
                                               langkah 4
 (Kurangakan kedua ruas dengan 29)  langkah 5
                                           langkah 6
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Jawaban siswa langkah ke-6 yaitu siswa menjawab seharusnya siswa menjawab
            ,
, Jadi, y = -1
Dari penyelesaian tersebut tidak sesuai dengan teorema sehingga siswa melakukan kesalahan konseptual. Berikut adalah wawancara  peneliti dengan siswa:
P: “Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 3”?
S: (kemarin saya mengejakan bukan begini bu”.saya tidak tahu bu,  (kemudian menunjukkan yang ditulis dikertas seperti jawaban kemarin).
P: ”kenapa kamu mengerjakan seperti ini”?
S: “Tidak tau bu”
P: (peneliti sambil menulis pada kertas) “Yang benar seperti ini
,
                              y = -1.bukan dikurangi kedua ruas
S: (Diam sambil berfikir) “Iya bu saya mengerti”.
Dari cuplikan wawancara di atas siswa masih kurang faham terhadap konsep perkalian dan pembagian. Hal ini menyebabkan siswa melakukan kesalahan konseptual dalam melakukan operasi pembagian dan perkalian. Kesalahan ini dilakuakan oleh siswa dengan nomor absen 24.
Berikut adalah jawaban siswa:
Berdasarkan jawaban siswa diatas:
  x 1 7x + 6y = 29               langkah 1
      x7  7x + 14 y = 21 –        langkah 2
          langkah 3
langkah 4
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Dari jawaban siswa diatas siswa mulai langkah ke-1 sudah mengalami kesalahan yaitu siswa mengerjakan dalam bentuk eliminasi dan siswa  tidak mengerjakan sesuai dengan konsep. Seharusnya siswa mengerjakan terlebih dahulu dalam bentuk sederhana yaitu pers. 2 disederhanakan, setelah itu disubsitusikan kepers.1.  untuk menentukan hasil akhirnya yaitu HP = {( 5, -1)} Di bawah ini cuplikan wawancara peneliti dengan siswa:
P: “Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 3”?
S: (Saya tidak tahu bu,) “.
P: ”coba kamu ingat kembali apakah benar atau salah pengerjaanmu kemarin”?
S: “saya binggung bu, saya tidak tahu apa benar atau salah. bagaimana bu caranya”?(siswa bertanya kembali kepada peneliti).
P:  (peneliti sambil menulis pada kertas) “Begini, (peneliti menjelaskan proses penyelesaian yang benar dikertas siswa)”.
S: (Diam sambil berfikir) “O iya bu, terima kasih ya bu”.
Dari cuplikan wawancara di atas siswa belum memahami konsep dan kurang trampil dalam pengerjaannya. Hal ini yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan Konseptual. Kesalahan ini dilakukan oleh 1 siswa dengan nomor absen 10
Soal nomor 4
Tentukan HP dari SPLDV berikut ini dengan menggunakan metode Campuran
Soal nomor 4 adalah soal yang tingkat kesulitannya sedang. Pada soal nomor 4 sebanyak 6 siswa (22,22%) menjawab benar dan 21 siswa (77,77%)  menjawab salah. Dari kesalahan yang dilakukan 9 siswa (42,85%) melakukan kesalahan konseptual yaitu salah menafsirkan konsep perkalian dan pembagian, penjumlahan dan pengurangan bilangan dan 12 siswa (57,14%) melakukan kesalahan prosedural yaitu 6 siswa (28,57%) salah dalam memahami dan mencermati perintah soal, 3 siswa (14,24%) melakukan salah dalam operasiperkalian dan pembagian, dan 12 siswa (57,14%)  salah karena tidak mengerjakan.


Berikut adalah jawaban dari siswa:

Berdasarkan jawaban siswa di atas:
Penyelesaian:
........( pers.1)                                                      langkah 1
..........(pers.2)                                                    langkah 2
                                      langkah 3
                                 langkah 4
                            langkah 5
- 50                                       langkah  6
        -25
q  = 2                                            langkah 7
2p – 3q = 4                                   langkah 8
2p – 3 + 2 = 4 + 2                         langkah 9
p  = 6                                langkah 10
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Jawaban siswa langkah ke-9  yaitu siswa menjawab 2p – 3 + 2 = 4 + 2,  seharusnya siswa menjawab
2p – 6 = 4
2p = 4 + 6
2p = 10
P = 10/2 = 5 , HP: {5,2}
Dari penyelesaian tersebut siswa kurang faham konsep pengurangan dan perkalian. sehingga siswa melakukan kesalahan konseptual.
Berikut adalah wawancara  peneliti dengan siswa:
P: “Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 4”?
S: (menuliskan sesuatu pada kertas) “seperti ini bu”. (kemudian   menunjukkan yang ditulis dikertas seperti jawaban diatas).
P: ”Apakah kamu yakin dengan jawaban ini”?
S: “Tidak tau bu”
P: (peneliti sambil menulis pada kertas) “Yang benar seprti ini
2p – 6 = 4
2p = 4 + 6
2p = 10
P = 10/2 = 5 , HP: {5,2} bukan ditambahkan, tapi dikalikan 3 (2) = 6
S: (Diam sambil berfikir) “Iya bu saya kurang teliti sebenarnya maksudku begitu di kalikan”.
P:” kalau mengerjakan soal serupa harus lebih teliti lagi ya.”
S:” Iya bu, trima kasih bu ya.
Dari cuplikan wawancara di atas siswa bisa faham untuk mengerjakan soal tapi karena siswa kurang teliti akhir salah dalam mengerjakan. Hal ini menyebabkan siswa melakukan kesalahan konseptual dalam melakukan operasi pembagian dan perkalian. Kesalahan ini dilakukan oleh siswa dengan nomor absen 6.

Berikut adalah jawaban siswa:

Berdasarkan jawaban siswa diatas:
........( pers.1)                                          langkah 1
..........(pers.2)                                        langkah 2
                          langkah 3
                     langkah 4
                   langkah 5
                            langkah  6
        -25
q  = 1                           langkah 7
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
            Dari jawabansiswa di atas, siswa salah menuliskan soal kembali, akhir dalam proses penyelesaiannya juga salah yaitu kesalahan ini dikarenakan siswa kurang memperhatikan soal secara baik-baik. Kesalahan ini di sebut kesalahan prosedural.  Hal ini seperti yang diungkapkan oleh siswa pada wawancara berikut:
P: “Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 4”?
S: (menuliskan sesuatu pada kertas) “begini bu”. (kemudian menunjukkan yang ditulis dikertas seperti jawaban diatas).
P: ”mengapa kemarin tidak mengerjakan seperti ini, kemudian peneliti menanyakan kembali apakah tidak ada kekeliruan dalam menuliskan soalnya ya”? coba lihat kemabali soalnya
S: “oh iy bu, keliru soal
P: (kamu sudah faham ya proses penyelesaiannya)
S: (Diam sambil berfikir) “O iya bu, terima kasih ya bu”.
Dari cuplikan wawancara diatas siswa bisa mengerjakan soal, tapi karena siswa kurang teliti dalam membaca soal dengan baik, sehingga siswa melakukan kesalahan prosedural dan kriteria jenis kesalahannya adalah siswa kurang mencermati dan memahami perintah soal. Kesalahan ini dilakukan oleh 2 siswa dengan nomor absen 17 dan 19.
Berikut adalah jawaban dari siswa:
           
Berdasarkan jawaban siswa di atas:
........( pers.1)                                          langkah 1
..........(pers.2)                                        langkah 2
                          langkah 3
                     langkah 4
                langkah 5
- 50                            langkah  6
        -25
q  = 2                                langkah 7
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
            Jawaban siswa pada langkah ke-1 sampai ke-7 benar, tapi cuman siswa tidak melanjutkan proses penyelesaiannya. Hal ini dilakukan oleh siswa karena kurang dapat membagi waktu dalam mengerjakan soal sehingga ketika waktu akan habis, siswa baru mulai untuk mengerjakan soal nomor 4. Seperti yang diungkapkan oleh siswa pada wawancara berikut:
P: “Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 4”?
S: (menuliskan sesuatu pada kertas) “begini bu”. (kemudian menunjukkan yangditulis dikertas seperti dipapan).
P: “Mengapa saat tes kamu tidak menjawab seperti ini”?
S: “waktunya kurang bu, akhirnya saya tidak sempat menyelesaikan semua.
P:” Kalau andaikan waktu masih bisa, apakah kamu bisa mengerjakan soal tersebut”.
S:” Iya bisa bu.”
P:” Lain kali harus pintar membagi waktu ya, agar bisa mengerjakan semuanya”.
S:” Iya bu, trima kasih bu”.

            Dari cuplikan wawancara diatas siswa sebenarnya dapat mengerjakan soal dengan benar tetapi karena waktunya sudah habis sehingga siswa tidak dapat menyelesaikannya. Hal ini menyebabkan siswa melakukan kesalahan prosedural. Kesalahan ini dilakukan oleh 8 orang siswa dengan nomor absen 2, 8, 11, 13, 15, 21,24 dan 27.

Soal nomor 5
Sebuah bilangan terdiri dari dua angka, penjumlahan tiga kali angka puluhan dan angka satuannya adalah 27, sedangkan selisihnya adalah 5.
Tentukan bilangan berapakan tersebut

Soal nomor 5 adalah soal yang tingkat kesulitannya sukar. Pada soal nomor 5 sebanyak 9 siswa (33,33%) menjawab benar dan 18 siswa (66,66%) menjawab salah. Dari kesalahan yang dilakukan 8 siswa (44,44%) melakukan kesalahan konseptual yaitu salah menafsirkan konsep perkalian dan pembagian, penjumlahan dan pengurangan bilangan dan 4 siswa (72%) melakukan kesalahan prosedural yaitu 1 siswa (5,5%) salah dalam memahami dan mencermati perintah soal, 7 siswa (38,88%) salah karena tidak mengerjakan.
Berikut adalah jawaban siswa:

Berdasarkan jawaban siswa di atas:
                  Satuan = s
Model matematikanya adalah:
Eliminasi s, maka didapat nilai p
 
                                             langkah 1
P = 6,25                                               langkah 2
Untuk p = 6, 25, subsitusikan pada salah satu pers. Sehingga:
                                                        langkah 3
                                         langkah 4
                                                       langkah 5
Jadi, bilangan tersebut adalah 31, 25              langkah 6



Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Dari jawaban siswa pada langkah ke-1 sampai ke-6 yaitu siswa
 
                                
  P = 6,25 menjawabyang seharusnya siswa menjawab
-
                                 
P = 5,5 , untuk p = 5,5  subsitusikanlah pada salah satu pers sehingga:
–5,5
Jadi, bilangan tersebut adalah 5,5 dan 0,5
Kesalahan ini terjadi karena siswa kurang faham terhadap konsep pembagian dan pembagian. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh siswa pada wawancara berikut:
P: “Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 5”?
S: (menuliskan sesuatu pada kertas) “begini bu”. (kemudian menunjukkan yang ditulis dikertas, jawaban siswa seperti pada saat tes).
P: “Mengapa kamu mengerjakan seperti ini?”
S: “Saya menjawabnya asal-asalan bu, siapa tau benar, salah ya bu?”.
P: “iya, seharusnya menjawab begini, peneliti menjelaskan cara pengerjaannya di kertasnya.          
  S:”Begitu ya bu?, trima kasih ya bu”           
            Dari cuplikan wawancara diatas siswa tidak memahami konsep perkalian dan pembagian dalam model matematika, sehingga dalam mengerjakannya tidak sesuai jawabnya. Hal ini yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan konseptual. Kesalahan ini dilakukan oleh 2 siswa dengan nomor absen 3 dan 6.
Berikut adalah jawaban siswa:

Berdasarkan jawaban siswa di atas:
 +
                                              langkah 1
           P =  8                                                     langkah 2
                                                        langkah 3
                                                        langkah 4
                                                              langkah 5
Jadi, bilangan tersebut adalah 83                    langkah 6
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Dari jawaban siswa pada langkah ke-1 sampai ke-6  salah karena  siswa menjawab 
 +
 = 8   
                                                                   
,  seharusnya siswa menjawab
 -
                                 
 P = 5,5 , untuk p = 5,5  subsitusikanlah pada salah satu pers sehingga:
–5,5
Jadi, bilangan tersebut adalah 5,5 dan 0,5.
Kesalahan yang dilakukan oleh siswa, disebabkan siswa kurang terampil dalam perkalian dan pembagian dalam model matematika. Hal ini berdasarkan cuplikan wawancara peneliti dengan siswa sebagai berikut:
P: “Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 5”?
S: (menuliskan sesuatu pada kertas) “begini bu”
 +
 = 8                                     
                                                     
          
                     
P: “Begitu ya, apa benar
 +
 = 8?”
S: (kemudian siswa mengeceknya dengan mengalikan ulang). “Salah bu, ternyata hasilnya begini bu”.
 -
 = 5,5
P: “nanti lain kali kalau ada soal seperti ini kamu teliti baik-baik ya?”
S:” Iya bu, trima kasih bu”.
Dari cuplikan wawancara diatas siswa sudah memahami konsep perkalian dan pembagian, hanya saja siswa kurang teliti dan terampil dalam pengerjaannya. Sehingga dalam pengerjaan soal nomor 5, siswa melakukan kesalahan prosedural. Kesalahan ini dilakukan oleh 6 siswa dengan nomor absen 5,  7, 14, 15, 16, dan 17.


                                   

.



4.3          Temuan Penelitian
1.      Jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa kelas Xe SMA Negeri 01 Kabupatan Barat Daya dapat. Meliputi dua jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa yaitu sebagai berikut:
a.       Kesalahan konseptual yang dilakukan oleh siswa yaitu kesalahan dalam menafsirkan dalam melakukan operasi pembagian, perkalian, penjumlahan, dan pengurangan.
b.      Kesalahan prosedural yang dilakukan oleh siswa yaitu:
Ø  Kesalahan dalam memahami dan mencermati perintah soal
Ø  Kesalahan dalam menuliskan soal kembali
Ø  Kesalahan dalam menuliskan soal dalam proses penyelesaiakan
Ø  Kesalahan dalam melakukan operasi perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan.
Ø  Kesalahan karena tidak melanjutkan proses penyelesaian
Ø  Kesalahan karena kurang bisa membagi waktu.
Tabel deskripsi jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa:
NO.
NAMA SISWA
L/P
NO SOAL
KET
1
2
3
4
5
1.
ADRIANA KAKA
P
a

d

a

2.
ANDREAS KAKA
L



e,f


3.
ANENSA SUSANTI A.KAKA
P
a
c,d




4.
ARDINATAW. RANGGA
L
e



b

5.
DANIEL BALI MEMA
L


e,f

C

6.
DANIEL NDARA KALI
L


e,f


h
7.
DANIEL RENDI KAKA
L
b

j



8.
DESTIANA DEBORA RATO
P






9.
DOMINGGUS KAKA
L
a,f



g

10.
HENDRIKUS TARI DENDO
L
e,f

a


c
11.
ELFIANA DITA HAGHU
P




f

12.
HERMANUS RA MONE
L


g



13.
KATRINA HAKOLA
P
a,g



D

14.
LUKAS KATODA
L

a




15.
LUKAS MONE
L


e


a,f
16.
MARGARETHA KAKA
P

h
a,g


j
17.
MARIA DAWA
P

b




18.
MARIA KAKA
P


b


f
19.
MARTA KAKA
P

b




20.
MARTA INNA DAWA
P
c





21.
MARTINUS RENDI TARI
L


b



22.
MINCE KAKA
P

h,i




23.
OKTAVIANUS KAKA
L

i




24.
RINCE KALLI GHOBA
P


j



25.
SISILIA SARANCE KAKA
P


a,g



26
WELEM WORA KAKA
L
h





27
YULIANA BORA KAKA
P
h,i






Keterangan:
a.       Salah dalam menafsirkan konsep dalam melakukan operasi pembagian, perkalian, penjumlahan dan pengurangan.
b.      Kesalahan karena tidak melanjutkan proses pekerjaan
c.       Kesalahan siswa menuliskan soal dalam proses penyelesaian
d.      Kesalahan dalam menuliskan soal kembali
e.       Kesalahan dalam memahami dan mencermati perintah soal
f.       Kesalahan dalam melakukan perkalian dan pembagian
g.      Kesalahan dalam operasi penjumlahan dan pengurangan
h.      Kesalahan dalam siswa tidak mengerjakan soal
i.        Kesalahan siswa dalam tidak bisa membagi waktu
2.           faktor-faktor penyebab kesalahan yang dilakukan oleh siswa
a.       siswa kurang memahami konsep dari sistem persamaan linear dua variabel.
b.      Kurang terampil dalam operasi perkalian dan pembagian
c.       Kurang teliti
d.      Kurang faham perintah soal
e.       Binggung
f.       Siswa kurang bisa membagi waktu dalam mengerjakan soal
4.4 Pembahasan
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas diperoleh hasil bahwa siswa mengalami kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal Persamaan Linear Dua Variabel.
Bentuk-bentuk kesalahan siswa adalah sebagai berikut:
2.    Kesalahan Konseptual
Menurut Kostolan (2009:73) kesalahan konseptual adalahkesalahan yang dilakukan dalam menafsirkan istilah, konsep dan prinsip atau salah dalam menggunakan istilah, konsep dan prinsip. Kesalahan konseptual yang di lakukan oleh siswa adalah sebagai berikut:
c.       Kesalahan dalam menafsirkan konsep perkalian dan pembagian, penjumlahan dan pengurangan bilangan.
d.      Kesalahan Prosedural
Kesalahan proseduran yaitu kesalahan dalam menyusun langkah-langkah yang hirarkis sistematis untuk menjawab suatu masalah. Kesalahan prosedural yang dilakukan siswa adalah:
1.      Kesalahan konseptual tampak pada saat siswa melakukan kesalahan pada soal  nomor 1, 2, 3 ,4 dan 5. Hasil temuan peneliti menunjukkan bahwa siswa kurang memahami konsep terutama dalam menggunakan bentuk operasi aljabar yaitu operasi perkalian dan pembagian, penjumlahan dan pengurangan bilangan.
2.      Kesalahan Prosedural
Kesalahan prosedural yaitu kesalahan dalam menyusun langkah-langkah yang hirarkis sistematis untuk menjawab suatu masalah. Kesalahan prosedural yang dilakukan siswa adalah sebagai berikut:
1.      Kesalahan karena tidak melanjutkan proses penyelesaiannya
           Kesalahan ini tampak pada saat siswa melakukan kesalahan pada soal nomor 1, 2, 4, dan 5. Hasil temuan peneliti menunjukkan bahwa siswa tidak melanjutkan proses penyelesaiannya dikarenakan siswa belum faham dan masih bingung tentang materi yang telah dipelajari, sehingga siswa ragu untuk melanjutkan proses penyelesaiannya. Serta siswa kurang terampil dalam operasi perkalian dan pembagian. Sebab-sebab siswa tidak melanjutkan proses penyelesaiannya
2.      Kesalahan dalam menuliskan soal kembali
           Kesalahan ini tampak pada saat siswa melakukan kesalahan pada soal nomor 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kurang faham dan teliti dalam menyelesaikan soal-soal persamaan linear dua variabel dalam penggunaan kehidupan sehari-hari. Menurut Sutawijaya (dalam Hawa Siti, 2010:1) memahami konsep saja tidak cukup, karena dalam praktek kehidupan sehari-hari siswa memerlukan keterampilan matematika.
3.      Kesalahan dalam memahami dan mencermati perintah soal
           Kesalahan ini tampak pada saat siswa melakukan kesalahan pada soal nomor 1 dan 2. Hasil temuan peneliti menunjukkan bahwa siswa tidak cermat dalam memahami perintah soal. Hal ini dikarenakan siswa tidak membaca perintah soal dengan jelas, dan masih bingung dalam menuliskan himpunan penyelesaian.
4.      Kesalahan menuliskan soal dalam proses penyelesaian
           Kesalahan ini tampak pada saat siswa melakukan kesalahan pada soal nomor 3 dan 5. Temuan peneliti menunjukkan bahwa siswa kurang telitidalam proses penyelesaian seperti yang telah diungkapkan siswa dalam wawancara. Hal ini dikarenakan siswa tidak meneliti kembali jawaban yang dikerjakan, sehingga siswa melakukan kesalahan dalam proses penyelesaian sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Muslimah (2009:69) yaitu kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal persamaan linier satu variabel adalah siswa kurang teliti dalam mengerjakannya.
5.      Kesalahan dalam melakukan operasi perkalian dan pembagian
           Kesalahan ini tampak pada saat siswa melakukan kesalahan pada soal nomor 1, 2, 3, 4, dan 5. Hasil temuan peneliti menunjukkan bahwa siswa melakukan kesalahan disebabkan siswa kurang teliti dalam perkalian dan pembagian yang melibat pecahan. Hal ini dikarenakan siswa ingin cepat menyelesaikan jawabannya dan tidak meneliti kembali jawaban tersebut. Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Conney (2009:69) yaitu kesalahan siswa dalam menyelesaikan sistem persamaan linier dua variabel adalah siswa kurang teliti dalam pengerjaannya. 
6.      Kesalahan dalam melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan
           Kesalahan ini tampak pada siswa melakukan kesalahan pada soal nomor 3. Hasil temuan peneliti menunjukkan bahwa siswa kurang teliti dalam menjumlahkan atau mengurangi bilangan.  Hal ini dikarenakan siswa ingin cepat menyelesaikan jawabannya dan tidak meneliti kembali jawaban tersebut. Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Conney (2009:69) yaitu kesalahan siswa dalam menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel adalah siswa kurang teliti dalam pengerjaannya. 
7.      Siswa yang tidak mengerjakan soal
           Siswa tidak mengerjakan soal pada  nomor 4 dan 5. Hasil peneliti menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak mengerjakan soal dikarenakan siswa kehabisan waktu, dalam artian siswa kurang bias membagi waktu dalam mengerjakan soal yang telah diberikan. Hal ini menunjukkan siswa tidak dapat mengorganisir keterangan yang telah dimiliki seperti yang telah di ungkapkan Conney yang dikutip Hudoyo (2009:77) dalam menyelesaikan masalah harus dapat merumuskan dan mengorganisasikan keterangan yangtelah dimiliki.
           Dari pembahasan diatas diketahui bahwa masih banyak kesalahan prosedural dalam mengerjakan soal-soal system persamaan linear dua variabel. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih banyak latihan soal agar siswa lebih faham dan terampil dalam mengerjakan soal. Sehingga dapat mengurangi kesalahan yang dilakukan oleh siswa.   
4.5               Pemberian Solusi
Dari hasil tes beberapa siswa yang menjawab salah, kemudian kesalahan siswa dalam mengerjakan soal sistem persamaan linear dua variabel yang menjadi subjek penelitian selanjutnya. Penelitin selanjutnya adalah pemberian solusi terhadap subjek penelitian pada saat wawancara, berguna untuk mengatasi kesalahan berikutnya dalam menyelesaikan soal sistem persamaan linear dua variabel.
Pelaksanaan pemberian solusi oleh peneliti adalah sebagai berikut:
5.      Peneliti membagikan: materi singkat, contoh soal, soal-soal dan solusinya pada waktu penelitian kepada masing-masing siswa. Materi ppada saat pemberian solusi adalah sistem persamaan linear dua variabel.
6.      Melakukan kegiatan inti pada saat siswa diwawancarai dan diberikan solusi  penyeesaian dari soal-soal yang diberikan oleh peneliti.
7.      Setelah pelaksanaan pemberian solusi, memberikan tes tulis kepada setiap induvidu siswa untuk menilai hasil belajar mereka.
8.      Melakukan refleksi setelah proses pembelajaran selesai.











BAB V
PENUTUP
5.1  Simpulan
Berdasarkan analisis data dalam kesimpulan ini, peneliti memperoleh simpulan sebagai berikut:
1.      Jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa kelas Xe SMA Negeri 01 Kabupatan Barat Daya dapat. Meliputi dua jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa yaitu sebagai berikut:
a.       Kesalahan konseptual yang dilakukan oleh siswa yaitu kesalahan dalam menafsirkan dalam melakukan operasi pembagian, perkalian, penjumlahan, dan pengurangan.
b.      Kesalahan prosedural yang dilakukan oleh siswa yaitu:
Ø  Kesalahan dalam memahami dan mencermati perintah soal
Ø  Kesalahan dalam menuliskan soal kembali
Ø  Kesalahan dalam menuliskan soal dalam proses penyelesaiakan
Ø  Kesalahan dalam melakukan operasi perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan.
Ø  Kesalahan karena tidak melanjutkan proses penyelesaian
Ø  Kesalahan karena kurang bisa membagi waktu.
2.      Solusi dari menyelesaikan SPLDV adalah usaha untuk memberikan suatu proses penyelesaian SPLDV dengan langkah-langkah yang benar. Proses pemberian solusi setelah siswa mengerjakan soal tes, ditemukan siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Setelah itu jawaban siswa yang salah diklarifikasikan kesalahannya. Beberapa siswa yang melakukan kesalahan yang sama, kemudian dipilih salah satu yang akan diwawancarai. Kemudian peneliti memberikan solusi satu persatu siswa.
3.      Proporti kesalahan dari 27 siswa yang mengikuti tespada materi persamaan linear dua variabel adalah 64,29% dari 27 siswa 35, 14 % yang melakukan kesalahan konsep yaitu salah menafsirkan konsep dalam melakukan operasi perkalian dan pembagian bilangan, dan kesalahan siswa dalam melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan. Dan 13,51% salah dalam memahami dan mencermati perintah soal, 31,08% salah dalam melakukan operasi perkalian dan pembagian, 5,41% salah karena tidak melanjutkan proses penyelesaian, 10,81% salah menuliskan soal dalam proese penyelesaian, 2,70% salah dalam melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan.
5.1  Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah disimpulkan diatas, peneliti menyarankan:
1.      Melihat kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal materi pelajaran Sistem Persamaan Linear Dua Variabel disarankan guru bidang studi matematika memberikan banyak latihan dan bimbingan dalam menyelesaikan soal-soal.
2.      Kepada para siswa, hendaknya selalu giat belajar. Berlatih terus mengerjakan soal-soal dan tidak malu untuk bertanya tentang materi yang belum dikuasai.
3.      Bagi pembaca yang ingin mengadakan penelitian disarankan agar meneliti aspek-aspek kesalahan lain yang mungkin dilakukan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.
4.      Siswa harus benar-benar membagi waktu dalam menyelesaikan setiap  soal, sehingga tidak ada waktu yang  tersia-siakan.






7 komentar:

  1. Minta daftar pustaka untuk bagian berikut donk:

    Menurut Soedjadi (2011:1), dari kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa pada Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dapat diklasifikasikan beberapa bentuk kesalahan, diantaranya :
    1. Kesalahan prosedural dalam menggunakan Algoritma (prosedur pekerjaan), misalnya kesalahan melakukan opersi hitung
    2. Kesalahan dalam mengorganisasikan data, misalnya kesalahan menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dari suatu soal. Kesalahan mengurutkan, mengelompokkan dan menyajikan data.
    3. Kesalahan dalam pemanfaatkan simbol, tabel dan grafik yang memuat suatu informasi.
    4. Kesalahan dalam melakukan manipulasi secara matematis. Misalnya, kesalahan dalam menggunakan/menerapkan aturan, sifat-sifat dalam menyelesaikan soal.
    5. Kesalahan dalam menarik kesimpulan. Misalnya kesalahan dalam menuliskan kesimpulan dari persoalan yang telah mereka kerjakan.

    BalasHapus
  2. si....brarti banget luuurrrrr,,,hatur nuhun :)

    BalasHapus
  3. bagi daftar pustakanya donk....!!!!

    BalasHapus
  4. ada situs wordprees ya ngkk bagi link ya donk selakian daftar pustakanyaa

    BalasHapus
  5. boleh minta daftar pustakanya ? bisa dikirimkan ke email sy ? trimakasih

    BalasHapus
  6. boleh minta daftar pustakanya gan , kirim ke email saya ya

    BalasHapus